Selasa, 27 Juni 2017

James McLurkin, Sang Biang Kerok yang Menjadi Pakar Robotik

YukViral - Bill Gates drop out dari Harvard yang kemudian menuai keberhasilan dengan mendirikan perusahaan software komputer raksasa Microsoft adalah salah seorang pria terkaya dunia. Lebih penting lagi, dunia jauh lebih kaya setelah mengenal Bill Gates.

Namun, apa sebenarnya yang membuat seseorang menjadi penemu besar seperti Gates? Apa yang sebetulnya mengubah seseorang yang kusut, tidak cocok dengan pelajaran sekolah, senang mengutak-atik sesuatu sehingga amat fanatik dengan sebuah tempat bernama garasi, menjadi seseorang yang mengubah dan mengguncang dunia? Kisah berikut juga memaparkan bahwa proses kreatif bisa berlangsung di mana saja dan oleh siapa saja, yang penting adanya kebebasan dan kesempatan untuk berkembang. Hal itu tak bisa dipelajari atau diajarkan. Para penemu, sebagaimana nampak dari perjalanan hidupnya, memang untuk dilahirkan bukan sengaja dibuat.

James McLurkin adalah seseorang yang memakai teknik mekanik, program komputer, dan teori perilaku sosial untuk menemukan robot mikro yang bisa bekerja sama sebagai sebuah komunitas. Sebuah penemuan yang belakangan disebut sebagai "robot semut".

Robot Semut mahakarya James McLurkin

Tumbuh di Long Island, New York, McLurkin menghabiskan sebagian besar waktunya untuk sibuk dengan berbagai model, sepeda, dan komputer; sesuatu yang akhirnya mirip "sekolah sendiri" yang mempelajari teknik mekanik. Hebatnya, ketika saatnya masuk perguruan tinggi, ia mampu lulus, lewat penggabungan ketekunan, kecerdasan, dan nasib baik, setelah membuat tiga buah robot.

Setelah masuk perguruan tinggi teknologi paling terkenal, Massachusetts Institute of Technology (MIT) pada 1991, McLurkin menjalin pertemanan dengan penemu lainnya Thomas Massie, yang memperkenalkannya dengan Laboratorium Intelijen Artifisial MIT. Di sinilah, McLurkin menemukan dukungan untuk melanjutkan upaya perekayasaan robotik, khususnya projek yang ia kembangkan untuk membuat "Robot Semut". Projek ini sangat menarik karena beberapa alasan: robot yang diciptakan akan berukuran kecil (sekitar satu inci satu sama lainnya), jumlahnya banyak, robot-robot itu juga akan sangat pintar (dioperasikan tanpa instruksi terus menerus), dan mereka akan bekerja sebagai sebuah tim saling berbagi informasi satu sama lain.

Kendati kelistrikan, mekanika, dan fungsi komputerasi dari robot-robot mikro itu bisa saling mengintervensi satu sama lain, penemuan lanjutan dalam mikro chip dan teknologi mekanik menolong McLurkin menempatkan komputer kecil dan motor penggerak miniatur di dalam setiap robotoya. Untuk memberi "kecerdasan" pada robotnya, ia membuat 17 sensor pada setiap robot, termasuk photocorceptor dan "perasa" (feeler) yang memungkinkan robot-robot mikro itu memilih atau menghindari objek yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Terakhir, ia melengkapi robotnya dengan sistem komunikasi, menggunakan emitter infra merah. Ini memungkinkan mereka bekerjasama, mereka misalnya bisa bermain "perangkap" atau "mengejar manusia (manhunt)".'

Untuk memprogram robotnya bekerjasama, McLurkin sangat bergantung kepada studi tentang perilaku sosial yang dilakukan koloni semut nyata. Robot yang diciptakan McLurkin dipandang sebagai potensi besar bagi penggunaan ilmiah yang membahayakan atau operasi militer di masa depan.

Kini, McLurkin yang kemudian melanjutkan studi pascasarjana di Universitas Barkeley, California pada 1998, terus melanjutkan penelitian, termasuk semakin meningkatkan kualitas robot semutnya tersebut.

Tapi, siapa sangka masa kecil McLurkin justru sama sekali tak menampakkan potensi keberhasilan. Pada usia delapan tahun, ia termasuk sosok anak "biang kerok" pembuat keonaran di kelasnya. "Saya menghabiskan sebagian besar waktu saya ketika di luar kelas, ketimbang belajar tekun di dalamnya. Sesekali saya juga sadar untuk tidak dihukum oleh guru, tapi tetap saja saya melakukannya," aku McLurkin.

Bosan dengan pelajaran di sekolah, tak membuat James McLurkin berupaya lebih bersikap kooperatif. "Sekolah selalu menjadi beban bagi saya, dan masih hingga kini. Setiap rapor yang saya terima selalu berbunyi 'tak pernah meningkat menjadi potensial'. Kendati saya masuk -program beasiswa dan mendapatkan nilai A untuk IPA, nilai-nilai saya yang lainnya selalu jelek," akunya.

Siapa sangka kemudian, pria kelahiran 1973 ini dan dikenal sebagai "biang kerok", pada usia yang begitu muda (23 tahun) dihormati sebagai pakar robot mikro yang dipekerjakan oleh lembaga pendidikan prestisius dunia, Massachusetts Institute of Technology (MIT)?

Related Posts

James McLurkin, Sang Biang Kerok yang Menjadi Pakar Robotik
4/ 5
Oleh