YukViral - Perkembangan ilmu pertanian dewasa ini dalam memenuhi kebutuhan pangan lebih dititik beratkan pada perbaikan sifat fisik dan kimia tanah, serta penggunaan hormon pertumbuhan tanaman dan pestisida. Di lain pihak peranan mikroflora dan mikrofauna tanah dalam meningkatkan kesuburan tanah dan produksi tanaman masih dikesampingkan. Sedangkan dalam hubungan ini peranan mikroorganisme tanah pada proses pelapukan bahan organik dan mineralisasi jelas terlihat (Fenchel dan Blackburn 1979), demikian pula asosiasi antara mikroflora tanah dan sistem perakaran tanaman sangat mempengaruhi produksi tanaman (Elliott et al. 1984).
Dewasa ini konsep manipulasi rhizosphere dengan menginokulasikan jenis-jenis mikroorganisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman telah diterapkan. Contoh klasik penggunaan mikroorganisme yang menguntungkan tersebut adalah penggunaan rhizobium untuk meningkatkan produksi tanaman kacang-kacangan (Dreyfus et al 1987) dan mycorrhiza untuk meningkatkan penyerapan unsur hara oleh perakaran tanaman (Reid 1984; Sanders 1986). Sedangkan contoh yang lebih mengkhusus adalah penggunaan "Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR)" untuk mengendalikan pathogen tanaman secara biologis (Schrotch dan Hancock 1981), serta penggunaan "Effective Microorganisms (EM)" untuk meningkatkan produksi tanaman pangan dan hortikultura (Higa dan Wididana 1991 a).
Pemahaman kita tentang peranan mikroorganisme tanah belumlah begitu mendalam, terutama pada cara kerja mikroorganisme tersebut dalam meningkatkan produksi tanaman. Sehubungan dengan hal ini diperlukan suatu penelitian yang lebih mendalam sehingga hasil pertanian dapat lebih ditingkatkan dengan biaya yang minimal.
Penelitian tentang pengaruh suatu mikroorganisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman banyak dilakukan pada kultur murni (Harper dan Lynch 1979; Vancura 1961; Sivan dan Chet 1986). Higa (1986) mengawali suatu penelitian dengan menggunakan kultur campuran beberapa spesies mikroorganisme untuk meningkatkan produksi tanaman. Kultur campuran mikroorganisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman tersebut diberi nama Effective Microorganisme (EM) dan telah berhasil diterapkan pada pertanian di Jepang (Higa 1991; Higa dan Wididana 1991 a).
EM di Indonesia masih merupakan sesuatu yang sangat baru, sehingga pengujian efektifitasnya terhadapproduksi tanaman perlu dilakukan sebelum diterapkan pada pertanian di Indonesia.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas EM khususnya EM2 terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman pertanian di Indonesia.
Bahan dan Metode EM2
EM2 dihasilkan dari horticulture Laboratory, Department of Agriculture, University of The Ryukyus, Okinawa, Japan. EM2 merupakan campuran lebih dari 10 genus dan 80 spesies mikroorganisme (bakteri photosintetik, Actinomycetes, ragi, bakteri, jamur, dll), yang dikultur-awetkan dalam medium cair pada pH 8,5. Jumlah mikroorganisme dalam medium cair adalah 10s per gram larutan.
Pengaruh EM2 terhadap produksi cabe keriting
Penelitian ini dilakukan dari tanggal 14 Oktober 1990 s/d 16 Januari 1991 di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Nasional, Gunung Putri, Bogor, Varietas cabe keriting yang digunakan adalah varietas lokal.
Percobaan dilakukan pada lahan seluas 10 x 10 m, pada jenis tanah Latosol merah cokelat. Perlakuan yang diberikan adalah EM2 0,1% dan kontrol (tanpa perlakuan EM2). Pada saat satu minggu sebelum panen, ke dalam lahan percobaan dibenamkan jerami kering sejumlah 1 ton/Ha, kemudian diberikan perlakuan. Perlakuan EM2 diberikan dengan menyemprotkannya ke dalam tanah dan seluruh permukaan tanaman setiap minggu mulai dari satu minggu sebelum tanam sampai minggu ke 12. Bibit disemaikan terlebih dahulu di dalam kantong plastik, setelah berumur 27 hari bibit tersebut ditanam pada lahan percobaan. Pemanenan dilakukan hanya pada cabe yang berwarna merah. Rancangan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Baca juga : Cara Mengukur Jarak Bintang
Pengaruh EM2 terhadap pembentukan nodul pada tanaman kacang-kacangan
Penelitian ini dilakukan di dalam rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Nasional, dari tanggal 30 Oktober 1990 s/d 15 Desember 1990. Tanaman kacang-kacangan yang digunakan adalah : kecipir varietas lokal, kedele varietas orba, kacang hijau Varietas lokal, dan kacang jogo Varietas lokal. Percobaan ini dilakukan di dalam polybag dengan diameter berukuran 30 cm. Ke dalam polybag dimasukkan 2 Kg tanah. Jenis tanah yang digunakan adalah Latosol merah cokelat yang berasal dari Gunung Putri, Bogor. Dalam percobaan ini terdapat 2 perlakuan yaitu perlakuan EM2, dan kontrol (tanpa perlakuan EM2). Pada perlakuan EM2, biji tanaman kacang-kacangan diinokulasi dengan merendam biji tersebut di dalam larutan EM2 0,1% selama 24 jam, sedangkan pada perlakuan kontrol, biji tanaman kacang-kacangan direndam di dalam air selama 24 jam. Selanjutnya biji tersebut ditanam masing-masing 3 biji pada setiap polybag. Setiap perlakuan terdiri dari 15 pot. Pengamatan pertumbuhan tanaman dilakukan setelah tanaman berumur 1,5 bulan. Percobaan ini menggunakan rancangan acak lengkap.
Pengaruh EM2 dan sekam terhadap pertumbuhan timun
Penelitian ini dilakukan di dalam rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Nasional dari tanggal 20 September s/d 20 November 1990. Varietas tahun yang digunakan adalah varietas lokal. Percobaan dilakukan di dalam polybag dengan diameter berukuran 30 cm. Ke dalam polybag dimasukkan tanah sebanyak 2 Kg. Jenis tanah yang digunakan adalah Latosol merah cokelat yang berasal dari Gunung Putri, Bogor. Rancangan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Rancangan Acak Lengkap, yang disusun secara faktorial dengan dosis sekam dan konsentrasi EM2 sebagai faktornya. Sekam diberikan dalam 4 taraf dosis yaitu : 0 ton/Ha, 5 ton/Ha, 10 tonfc dan 15 ton/Ha, serta EM2 diberikan dalam 2 taraf konsentrasi 0% dan 0;1%. Seluruh perlakuan dapat dirinci sebagai berikut :
S.O = perlakuan sekam 0 ton/ Ha;
S.5 = perlakuan skam 5 ton/ Ha;
S.10 = perlaktt&n sekam 10 ton/Ha;
S.15 = perlakuan sekam 15 ton/Ha;
S.0 - EM2 = perlakuan sekam 0 ton/Ha dan EM2;
S 5 - EM2 = perlakuan sekam 5 ton/Ha dan EM2;
S.10-EM2 = perlakuan sekam 10 ton/Hadan EM2;
S.15-EM2 = perlakuan sekam 15 ton/Ha dan EM2.
Setiap perlakuan terdiri dari 20 pot. Sekam diberikan dengan mencampurkan ke dalam tanah secara merata pada saat 1 minggu sebelum tanam. Perlakuan EM diberikan pada konsentrasi 0,1% dengan menyiramkannya ke dalam pot sebanyak 100 ml/pot setiap minggu.
Benih timun ditanam langsung ke dalam pot percobaan, setiap pot ditumbuhkan masing-masing satu tanaman. Pengamatan pertumbuhan tanaman dilakukan setelah tanaman berumur 2 bulan.
Hasil dan Pembahasan
Pengaruh perlakuan EM2 terhadap pertumbuhan dan jumlah buah cabe keriting per tanaman dapat dilihat pada tabel 1. Perlakuan EM2 secara nyata dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi cabe keriting. Tinggi tanaman dan jumlah buah per tanaman pada perlakuan EM2 lebih tinggi dan menunjukkan perbedaan yang nyata, dibandingkan dengan perlakuan tanpa EM2 (kontrol).
Produksi buah yang dapat dipasarkan pada perlakuan EM2 adalah sebesar 2.353,75 Kg/Ha, sedangkan pada kontrol adalah sebesar 1.675,98 Kg/Ha dan menunjukkan perbedaan yang nyata di antara perlakuan. Produksi buah, busuk pada perlakuan EM2 adalah sebesar 195^33 Kg/Ha, sedangkan pada kontrol adalah sebesar 243,25 Kg/Ha.
Peningkatan pertumbuhan dan produksi cabe akibat perlakuan EM2 dapat dijelaskan dari hasil penelitian Wididana (1990) serta Higa dan Wididana (1991 b), bahwa pada tanah yang diberikan perlakuan EM2 mempunyai lebih banyak phosphat yang terlarut di dalam tanah dibandingkan dengan kontrol. Hal ini diduga bahwa aplikasi EM2 ke dalam tanah dapat mengaktifkan atau meningkatkan populasi bakteri pelarut phosphat, seperti Pseudomonas, Mycobacter, Micrococcus, Fiavobacterium, Penicillium, Sclero-tium, Aspergillus, dll. Higa dan Kinjo merupakan alasan mengapa tanaman sering terinfeksi oleh hama dan penyakit bila menggunakan kompos yang belum matang.
Pengaruh pertumbuhan EM2 pada tanaman kacang-kacangan dapat dilihat pada Tabel 2. Berat basah tanaman, berat kering tanaman, berat basah akar, berat kering akar, jumlah nodul dan berat nodul pada perlakuan EM2 lebih tinggi dari pada kontrol. Akan tetapi , pada perlakuan EM2 maupun kontrol, kacang jogo tidak memperlihatkan pembentukan nodul. Hal ini dapat dijelaskan bahwa di dalam EM2 mengandung bakteri rhizobium yang dapat berasosiasi dengan perakaran tanaman kacang-kacangan dalam bentuk nodul. Rhizobium dapat menyediakan N yang difiksasi dari udara untuk kebutuhan tanaman. Terpenuhinya kebutuhan N pada tanaman kacang-kacangan tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Tidak terbentuknya nodul pada perakaran tanaman kacang jogo kemungkinan disebabkan karena tidak tersedianya spesies Rhizobium tertentu yang dapat berasosiasi dengan perakaran tanaman kacang jogo.
Pengaruh pemberian sekam dan EM2 terhadap pertumbuhan timun dapat dilihat pada tabel 3. Terlihat bahwa dengan semakin meningkatnya dosis sekam yang diberikan, berat basah dan berat kering tanaman timun semakin meningkat dan menunjukkan pengaruh yang nyata. Akan tetapi pemberian EM2 tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat basah dan berat k tanaman.
Peningkatan pertumbuhan tanaman akibat perberian dosis sekam yang semakin tinggi bukan berarti sekam didalam tanah telah diuraikan oleh mikroorganisme tanah sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman timun, akan tetapi dengan penambahan sekam ke dalam tanah, sifat fisik tanah akan menjadi lebih gembur dan kandungan 02 tanah menjadi lebih banyak. Hal ini dapat meningkatkan pertumbuhan perakaran tanaman dan secara langsung dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Seperti kita ketahui bahwa sekam terdiri dari lapisan lignin yang sifatnya keras, sehingga sukar diuraikan oleh mikro organisme tanah. Pada akhir percobaan, sekam terlihat masih utuh bercampur dengan tanah.
Tidak adanya interaksi antara dosis sekam dan EM diduga disebabkan karena EM membutuhkan waktu tertentu untuk beradaptasi dan memperbanyak diri dalam kondisi lingkungan percobaan. Sekam bukanlah merupakan sumber bahan organik yang baik untuk digunakan sebagai sumber energi bagi mikro organisme tanah. Tentunya dalam waktu yang singkat (2 bulan ), pengaruh pemberian EM dan sekam terhadap pertumbuhan timun belumlah jelas terlihat. Penelitian penggunaan sekam sebagai sumber bahan organik dan EM dalam beberapa musim tanam merupakan bahan penelitian yang menarik.
Pengaruh Effective Microorganisms 2 (Em2) Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman
4/
5
Oleh
Marveleus