YukViral - Di sebuah kota kecil Turalei yang terletak di Sudan Selatan, keberadaan radio menjadi teramat penting. Tak hanya rnenyiarkan hiburan, stasiun itu juga menyiapkan acara pendidikan, juga berita dan informasi yang bermanfaat. Kendalanya hanya satu, sumber tenaga.
Stasiun radio tersebut adalah Mayardit 90.7 FM. Ada lebih dari 150.000 pendengar setia radio tersebut. Seperti disiarkan laman radioworld.com, stasiun radio tersebut didukung Internews, organisasi nirlaba internasional yang memiliki misi memberdayakan media lokal di seluruh dunia agar dapat menyebarkan berita dan informasi yang diperlukan masyarakat. Berkat itu, Mayardit FM bisa melayani warga setempat yang kebanyakan kurang terdidik atau bahkan tidak pernah mencicipi bangku sekolah.
Namun, kendala yang dihadapi Mayardit adalah sumber daya untuk kelangsungan transmismya. Mahalnya harga bahan bakar minyak untuk generator membuat stasiun radio itu hanya mampu bersiaran delapan jam setiap hari. Bahkan, ketika harga bahan bakar membubung tinggi atau langka, stasiun itu berhenti siaran.
Suatu hari insinyur perlistrikan dari Internews, Issa Kassimu, mengunjungi Mayardit. Issa memang secara reguler mendatangi stasiun-stasiun radio yang disokong Internews untuk memperbaiki generator. Ia mendapati generator dan baterai cadangannya harus diganti.
Saat itulah, dia merekomendasikan agar stasiun radio itu menggantinya dengan generator bertenaga surya. Kombinasi dari panel surya dan serangkaian baterai akan membuat stasiun radio itu mendapatkan daya dari matahari. Itu berarti, Mayardit FM tidak lagi bergantung pada generator diesel atau jaringan listrik. Sumber tenaga baterai akan berasal dari sinar matahari yang terserap dan diubah oleh panel surya. Tenaga yang tersimpan akan menjadi sumber daya saat matahari terbenam.
Namun sebelumnya, Kassimu mengingatkan agar tidak melakukannya secara buru-buru. Sistem surya harus diukur dan didesain secara tepat. Harus ada studi kelayakan dan analisis yang tentunya membutuhkan dana.
Setelah melalui perhitungan matang, Kassimu merancang pembangunan 84 panel surya untuk menghasilkan daya 21 kW dan mengisi baterai 78 kWh. Panel surya dan baterainya didatangkan dari ibu kota Sudan Selatan, Juba. Proses pengantarannya memerlukan waktu delapan hari melewati jalan berbatu dan berlubang.
Saat pemasangan instalasi, Kassimu mengawasinya secara langsung. Dibangun pula ruang tambahan untuk penempatan berbagai peralatan. Keseluruhan sistem akhirnya rampung tahun lalu.
Tepat pada 28 Maret 2016, Mayardit EM bersiap untuk mengudara pertama kali dengan menggunakan tenaga surya. Disiapkan pula generator cadangan jika sewaktu-waktu terjadi kegagalan. Kendati demikian, semua berjalan lancar. Stasiun radio itu pun bersiaran hingga kini.
Total biaya yang dihabiskan stasiun itu untuk mengembangkan sistem tenaga surva memang mahal, yaitu sekitar 178.000 dolar AS (Rp 2,3 miliar). Akan tetapi, ke depan, ada banyak keuntungan yang didapat. Stasiun radio tersebut bisa menghemat 92,8 persen pengeluaran yang tadinya untuk keperluan membeli bahan bakar. Yang lebih penting lagi, jam siaran radio itu meningkat dua kali lipat. Kini, Mayardit FM bersiaran mulai pukul 6.00 hingga 22.00, setiap hari. Stabilitas siaran itu semakin menarik pengiklan dan sponsor.
Penggunaan tenaga surya ada di mana-mana. Di Australia, situs the BAI Communications di Muswellbrook, New South Wales, tengah menguji coba pemancar radio dan televisi yang seluruhnya mengandalkan tenaga surya. Sebuah peranti surya berkekuatan 39 kW di gunakan bersamaan dengan baterai 215 kWh untuk menghasilkan tenaga konstan 24 jam sehari.
Semua itu dibangun oleh perusahaan N-Com yang berlokasi di Brisbane, Queensland, Australia. Perusahaan itu juga membangun stasiun transmisi di Mount Owen, Tasmania, yang dijalankan dengan gabungan tenaga surya dan tenaga angin. Sebuah turbin angin 15 kW, panel surya 5 kW, dan baterai 5,8 kWh menjadi sumber daya stasiun tersebut.
Penggunaan gabungan tenaga angin dan tenaga surya memang jarang. Akan tetapi, itu sudah diterapkan di beberapa tempat. N-Com berhasil melakukannya di tiga lokasi di Papua Nugini. Energi terbarukan juga digunakan di beberapa stasiun radio sebagai sumber daya tambahan di banyak negara. Salah satunya Seymour FM di Seymour, Victoria, Australia. Stasiun radio itu memiliki sistem bertenaga surya berkekuatan 5 kVa, yang mengurangi biaya listrik. [Sumber : PRM 12/02/2017]
Stasiun radio tersebut adalah Mayardit 90.7 FM. Ada lebih dari 150.000 pendengar setia radio tersebut. Seperti disiarkan laman radioworld.com, stasiun radio tersebut didukung Internews, organisasi nirlaba internasional yang memiliki misi memberdayakan media lokal di seluruh dunia agar dapat menyebarkan berita dan informasi yang diperlukan masyarakat. Berkat itu, Mayardit FM bisa melayani warga setempat yang kebanyakan kurang terdidik atau bahkan tidak pernah mencicipi bangku sekolah.
Namun, kendala yang dihadapi Mayardit adalah sumber daya untuk kelangsungan transmismya. Mahalnya harga bahan bakar minyak untuk generator membuat stasiun radio itu hanya mampu bersiaran delapan jam setiap hari. Bahkan, ketika harga bahan bakar membubung tinggi atau langka, stasiun itu berhenti siaran.
Suatu hari insinyur perlistrikan dari Internews, Issa Kassimu, mengunjungi Mayardit. Issa memang secara reguler mendatangi stasiun-stasiun radio yang disokong Internews untuk memperbaiki generator. Ia mendapati generator dan baterai cadangannya harus diganti.
Saat itulah, dia merekomendasikan agar stasiun radio itu menggantinya dengan generator bertenaga surya. Kombinasi dari panel surya dan serangkaian baterai akan membuat stasiun radio itu mendapatkan daya dari matahari. Itu berarti, Mayardit FM tidak lagi bergantung pada generator diesel atau jaringan listrik. Sumber tenaga baterai akan berasal dari sinar matahari yang terserap dan diubah oleh panel surya. Tenaga yang tersimpan akan menjadi sumber daya saat matahari terbenam.
Namun sebelumnya, Kassimu mengingatkan agar tidak melakukannya secara buru-buru. Sistem surya harus diukur dan didesain secara tepat. Harus ada studi kelayakan dan analisis yang tentunya membutuhkan dana.
Setelah melalui perhitungan matang, Kassimu merancang pembangunan 84 panel surya untuk menghasilkan daya 21 kW dan mengisi baterai 78 kWh. Panel surya dan baterainya didatangkan dari ibu kota Sudan Selatan, Juba. Proses pengantarannya memerlukan waktu delapan hari melewati jalan berbatu dan berlubang.
Saat pemasangan instalasi, Kassimu mengawasinya secara langsung. Dibangun pula ruang tambahan untuk penempatan berbagai peralatan. Keseluruhan sistem akhirnya rampung tahun lalu.
Tepat pada 28 Maret 2016, Mayardit EM bersiap untuk mengudara pertama kali dengan menggunakan tenaga surya. Disiapkan pula generator cadangan jika sewaktu-waktu terjadi kegagalan. Kendati demikian, semua berjalan lancar. Stasiun radio itu pun bersiaran hingga kini.
Total biaya yang dihabiskan stasiun itu untuk mengembangkan sistem tenaga surva memang mahal, yaitu sekitar 178.000 dolar AS (Rp 2,3 miliar). Akan tetapi, ke depan, ada banyak keuntungan yang didapat. Stasiun radio tersebut bisa menghemat 92,8 persen pengeluaran yang tadinya untuk keperluan membeli bahan bakar. Yang lebih penting lagi, jam siaran radio itu meningkat dua kali lipat. Kini, Mayardit FM bersiaran mulai pukul 6.00 hingga 22.00, setiap hari. Stabilitas siaran itu semakin menarik pengiklan dan sponsor.
Penggunaan tenaga surya ada di mana-mana. Di Australia, situs the BAI Communications di Muswellbrook, New South Wales, tengah menguji coba pemancar radio dan televisi yang seluruhnya mengandalkan tenaga surya. Sebuah peranti surya berkekuatan 39 kW di gunakan bersamaan dengan baterai 215 kWh untuk menghasilkan tenaga konstan 24 jam sehari.
Semua itu dibangun oleh perusahaan N-Com yang berlokasi di Brisbane, Queensland, Australia. Perusahaan itu juga membangun stasiun transmisi di Mount Owen, Tasmania, yang dijalankan dengan gabungan tenaga surya dan tenaga angin. Sebuah turbin angin 15 kW, panel surya 5 kW, dan baterai 5,8 kWh menjadi sumber daya stasiun tersebut.
Penggunaan gabungan tenaga angin dan tenaga surya memang jarang. Akan tetapi, itu sudah diterapkan di beberapa tempat. N-Com berhasil melakukannya di tiga lokasi di Papua Nugini. Energi terbarukan juga digunakan di beberapa stasiun radio sebagai sumber daya tambahan di banyak negara. Salah satunya Seymour FM di Seymour, Victoria, Australia. Stasiun radio itu memiliki sistem bertenaga surya berkekuatan 5 kVa, yang mengurangi biaya listrik. [Sumber : PRM 12/02/2017]
Mayardit FM, Stasiun Radio Bertenaga Surya Di Sudan
4/
5
Oleh
Marveleus